Contoh Resensi Novel Negeri 5 Menara
Pernah baca novel ? Pernah dapet tugas nyusun resensi novelnya ? Bingung untuk nyusun resensinya ?
Kali ini kita akan membahas contoh resensi novel. Seperti apa sih resensi novel itu kira - kira ?
Jangan kemana-mana...
Identitas Buku
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pusat Utama
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : XII + 423 Halaman
ISBN : 978-979-22-4861-6
Ukuran Buku : 19,7 x 13,7 cm
Harga Buku : Rp –
PEMBUKAAN
Novel berjudul Negeri 5 Menara ini merupakan karangan Ahmad Fuadi yang pernah mengarang novel berjudul Rantau 1 Muara dan novel Ranah 3 Warna.
Ia merupakan salah satu lulusan Universitas Padjajaran yang pernah mondok di Pondok Modern Darussalam Gontor.
Pencapaian prestasinya cukup mengagumkan, terakhir adalah meraih Artist in Residence, University of California, Berkeley, USA, 2014 lalu.
Novel karangannya terkenal dengan ciri khas menyemangati pembaca yang berpegang pada prinsip man jadda wa jada (siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil) dan man shabara zhafara (siapa yang bersabar akan beruntung).
Keunikan buku ini adalah kisahnya yang inspiratif dan mendorong semangat pembaca untuk tidak berhenti berusaha mengejar mimpi.
Tetapi yang disayangkan adalah ketidak jelasan gambaran kehidupan beberapa tokoh pada akhir cerita.
SINOPSIS
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau . Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan , bermain sepak bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau .
Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur . Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie . Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya, belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada . Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab , anak mengigau dalam bahasa Inggris , merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan , Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa.
Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Allah Subhanahu wa Ta'ala sungguh Maha Mendengar.
Tokoh
Alif : Tokoh 'aku' dalam cerita ini.
Raja : Teman Alif dari Medan. Ia adalah anggota English Club dan seorang orator yang hebat.
Said : Dari Surabaya. Ia sangat terobsesi dengan bodybuilding dan mengidolakan Arnold Schwarzenegger . Ia seorang penjaga kedisiplinan namun kehilangan jabatan setelah ia, Alif dan Atang pergi ke Surabaya tanpa izin.
Dulmajid : Dari Sumenep, Madura . Seorang pemain bulu tangkis , rekan latih tanding Ustad Torik.
Atang : Dari Bandung . Seorang yang mencintai seni dan teater .
Baso : Dari Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis dan Bahasa Arab yang fasih. Ia meninggalkan Pondok Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Al-Qur`an di kampung halamannya.
Kesimpulan
Novel ini menginspirasi pembaca untuk senantiasa bersabar dan tidak mudah menyerah dalam mengejar mimpi. Novel ini mengandung pesan yang bisa dipetik dan aman untuk berbagai usia.
Kali ini kita akan membahas contoh resensi novel. Seperti apa sih resensi novel itu kira - kira ?
Jangan kemana-mana...
Identitas Buku
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Penulis : Ahmad Fuadi
Bahasa : Indonesia
Penerbit : PT Gramedia Pusat Utama
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : XII + 423 Halaman
ISBN : 978-979-22-4861-6
Ukuran Buku : 19,7 x 13,7 cm
Harga Buku : Rp –
PEMBUKAAN
Novel berjudul Negeri 5 Menara ini merupakan karangan Ahmad Fuadi yang pernah mengarang novel berjudul Rantau 1 Muara dan novel Ranah 3 Warna.
Ia merupakan salah satu lulusan Universitas Padjajaran yang pernah mondok di Pondok Modern Darussalam Gontor.
Pencapaian prestasinya cukup mengagumkan, terakhir adalah meraih Artist in Residence, University of California, Berkeley, USA, 2014 lalu.
Novel karangannya terkenal dengan ciri khas menyemangati pembaca yang berpegang pada prinsip man jadda wa jada (siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil) dan man shabara zhafara (siapa yang bersabar akan beruntung).
Keunikan buku ini adalah kisahnya yang inspiratif dan mendorong semangat pembaca untuk tidak berhenti berusaha mengejar mimpi.
Tetapi yang disayangkan adalah ketidak jelasan gambaran kehidupan beberapa tokoh pada akhir cerita.
SINOPSIS
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau . Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan , bermain sepak bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau .
Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur . Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie . Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya, belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada . Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar komentator sepak bola berbahasa Arab , anak mengigau dalam bahasa Inggris , merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan , Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa.
Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Allah Subhanahu wa Ta'ala sungguh Maha Mendengar.
Tokoh
Alif : Tokoh 'aku' dalam cerita ini.
Raja : Teman Alif dari Medan. Ia adalah anggota English Club dan seorang orator yang hebat.
Said : Dari Surabaya. Ia sangat terobsesi dengan bodybuilding dan mengidolakan Arnold Schwarzenegger . Ia seorang penjaga kedisiplinan namun kehilangan jabatan setelah ia, Alif dan Atang pergi ke Surabaya tanpa izin.
Dulmajid : Dari Sumenep, Madura . Seorang pemain bulu tangkis , rekan latih tanding Ustad Torik.
Atang : Dari Bandung . Seorang yang mencintai seni dan teater .
Baso : Dari Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis dan Bahasa Arab yang fasih. Ia meninggalkan Pondok Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Al-Qur`an di kampung halamannya.
Kesimpulan
Novel ini menginspirasi pembaca untuk senantiasa bersabar dan tidak mudah menyerah dalam mengejar mimpi. Novel ini mengandung pesan yang bisa dipetik dan aman untuk berbagai usia.
Comments
Post a Comment
we welcome any feedback !